Skip to main content

Bowo dan Hoe, Buah Lokal Nias Tak Dikenal

      Buah-buah di Pulau Nias begitu beragam seperti durian, pisang, duku, dan kuini. Buah-buahan tersebut sangat enak dan disukai banyak orang. Bahkan buah durian dari Nias menjadi icon dan dibuatkan tugu sebagai penegasan nilai penting buah tersebut. Namun masih banyak buah lokal di Nias seolah terlupakan sehingga hanya sebagian orang yang tahu. Beberapa buah tersebut adalah bowo dan hoe, buah lokal yang tidak dikenal di Nias.
Buah Hoe (sebelah kiri) dan Bowo di pulau nias
Buah Hoe (sebelah kiri) dan Bowo

      Buah bowo merupakan salah satu buah lokal yang tumbuh di Nias.  Bahasa Indonesia buah ini disebut buah menteng (Baccaurea racemose). Dalam masyarakat Nias, selain buah bisa dimakan, batang pohon ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan perahu. Konon di Nias, tepatnya di daerah Maniomolo, yang sekarang masuk daerah Nias Selatan diatas pohon bowo mudah ditemukan sarang anowo (burung rajawali). Buah bowo sangat disukai oleh binatang seperti burung-burung.
      Bowö, merupakan sebutan adat untuk jujuran di pulau Nias terinspirasi dari kata buah ini. Walau sebutan jujuran di Nias disebut bowö, namun pelafasan buah disebut bowo. Buah bowo dipandang sebagai lambang dan simbol bagi adat istiadat masyarakat Nias, yang berarti murah hati, luhur budi, dan mulia. Setidaknya begitu penjelasan P. Johannes M. Hammerle, Pendiri Museum dan Yayasan Pusaka Nias. Sebuah lembaga yang bertugas menjaga dan melestrikan budaya dan peninggalan masa lalu di pulau ini. 
Buah bowo (Baccaurea racemose) yang telah dipanen
Buah bowo (Baccaurea racemose) yang telah dipanen
      Selain tumbuh tersebar di Nias buah bowo juga tersebar dan tumbuh baik di Sumatera, Jawa, hingga Semenanjung Malaya. Buah yang memiliki kekerabatan dengan duku dan langsat dapat mencapai tinggi 10-25 meter atau lebih. Tergantung ukuran batang dan lama tumbuhnya. Di beberapa tempat seperti Pulau-Pulau Batu di Nias Selatan diameter batang mencapai hingga 3 meter. Tajuk berbentuk padat, batang halus, bercabang, dan batang berwarna kuning ke-orange.

      Baca juga:
Bulu Gowi dan Ternak Babi di Pulau Nias
Wisata Teluk Ba'a: Kawasan Andalan Mangrove Nias Utara

      Di literatur lain penulis mendapatkan info dari search engine Google bahwa warna daun bowo berwana hijau, daunnya tunggal dan tumbuh berselang seling. Semakin ke pucuk daun tumbuh semakin banyak. Daun bowo berbentuk bulat telur hingga melonjong dengan ukuran 70-180 mm. Buah bertipe bulat dengan ketebalan kulit 4-6 mm dan diameter 20-24 mm.
Buah bowo siap panen di atas pohon
Buah bowo siap panen di atas pohon

      Warna buah kekuning-kuningan, kadang juga ada hijau kemerahan dan berbuah sepanjang tahun. Sementara isi buah terdiri 1-3 buah dengan biji ditutupi daging buah berwarna putih. Sementara warna biji ada yang berwarna putih dengan kulit biji warna coklat dan ada biji bowo berwarna ungu dengan kulit biji coklat. Di Nias umumnya berwarna biji buah bowo berwarna putih. Untuk mengkonsumsi buah ini, biasanya bowo dimakan dan ditelan bersama dengan bijinya.
      Pohon bowo dapat tumbuh di dataran rendah hingga tinggi dengan keringgian maksimal sekitar 1000 meter diatas permukaan laut. Tumbuh baik di iklim tropis dan dapat beradaptasi di suhu 14-34 derajat Celsius. Untuk segi rasa buah ini berbeda dengan duku. Jika buah duku memiliki rasa manis saat matang, sementara buah bowo memiliki rasa manis dengan masam yang dominan. Buah ini dapat berkembang biak dengan menggunakan biji serta dapat dibudidayakan.
Buah bowo yang telah dibelah dua
Buah bowo yang telah dibelah dua

      Sementara buah hoe memiliki ukuran lebih kecil dengan buah bowo, sekitar berukuran kelereng. Menggunakan alat search engine Google dalam Bahasa Indonesia buah ini disebut jentikan atau jentik-jentik. Dalam Bahasa Latin, buah hoe disebut Baccaurea polyneura. Buah lokal ini tumbuh dan tersebar juga di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. 

      Baca juga:
Tentang Pulau Nias
Saat Tugu Proklamasi di Gunungsitoli Terlupakan

      Di Pulau Nias buah hoe berwarna merah kekuningan, walau di tempat lain isi buah ini berwarna kuning. Tinggi pohon ini dapat mencapai 25 meter dengan tumbuh tegak berbatang kayu, mirip dengan pohon rambai (sejenis pohon hutan). Buah ini tumbuh berkembang baik di iklim dengan curah hujan yang tinggi. Buah ini berkembang biak dengan biji dan dapat dibudidayakan.
      Daun buah ini berwarna hijau tua. Bentuk ukuran daun memanjang dengan ukuran panjang 120-150 mm x lebar 40-60 mm. Bunga buah hoe banyak dan saat berbuah begitu padat berdesakan pada tangkai buah. Tangkai buah berjuntai hingga 15-25 buah dengan panjang juntai hingga 300-350 mm. semakin banyak buah akan diikuti juntaian yang semakin panjang.
Buah hoe (Baccaurea polyneura)
Buah hoe (Baccaurea polyneura)

      Buah hoe terdiri atas 1-3 isi buah, berjus, dan berwarna merah. Penulis merasakan kulit buah hoe agak keras, namun mudah dibuka. Ketebalan kulit buah sekitar 1 mm dengan bentuk kulit seperti kelit kayu. Rasa jentik-jentik buah masam manis. Saat benar-benar matang, kulit buah akan otomatis terlepas dan mengeluarkan isi buah. 
      Buah bowo dan hoe dulunya tumbuh berkembang dan subur di pulau Nias. Saat penulis diceritakan oleh orang yang lebih tua, buah ini dapat ditemui di gatua (kebun tidak terawatt atau hutan, Bahasa Nias). Berbagai buah lainnya juga dapat ditemui dan dimakan untuk memenuhi kebutuhan buah, sumber pangan alternatif, dan lokasi bermain-main anak dulu.
      Saat musim buah, pohon hoe dan bowo menjadi incaran banyak anak-anak untuk diambil buahnya. Beberapa hasil didapat terkadang dibagikan ke warga sekitar atau dijual.
Buah hoe dan bowo ini juga bisa ditemui sekitar tahun 80-2000-an, sebelum gempa tektonik 28 Maret 2005 terjadi yang menewaskan banyak orang. Penulis dulu pernah mendapatkan buah ini dijual saat bersekolah arab (istilah sekolah agama atau Ibtidaiyah pada siang hari) di dekat Pertigaan Perguruan Muhammadiyah Gunungsitoli.
Kulit dan isi buah hoe
Kulit dan isi buah hoe

      Rasa kedua buah ini yang masam manis menjadi sensasi sendiri. Kadang buah ini dibawa di kelas untuk dimakan bersama-sama, makan sendiri, atau dibawa di rumah. Walau begitu, karena rasa masam buah ini membuat masalah dalam percernaaan. Terlebih saat mengonsumsi buah ini terlalu banyak disaat perut lapar karena bisa membuat sakit perut dan di daerah pencernaan.`
      Pasca gempa tektonik dan perkembangan pulau Nias sampai detik ini buah-buah tersebut ikut hilang tertelan zaman. Buah bowo yang biasa dijumpai kalah pamor dengan buah-buah yang lain. Batang-batang pohon bowo ditebang untuk keperluan hidup atau membuka lahan. Sehingga batang dan buah bowo jarang dan hampir tidak terlihat lagi, termaksud di Gunungsitoli. Penulis menemukan batang pohon bowo justru saat berada di ujung utara pulau Nias, tepatnya di desa Sifahandro, Kecamatan Sawo, Kabupaten Nias Utara.
      Sementara buah hoe justru lebih tragis lagi. Batang pohon buah ini hanya dapat ditemui di pedalaman Nias bagian tengah, tepatnya di kecamatan Hiliserangkai (Kabupaten Nias). Untuk wilayah Gunungsitoli sampai detik ini penulis belum pernah melihat buah lokal Nias tersebut. 

      Baca Juga:
Luaha Ndroi: Air Terjun Pedalaman yang Berbenah
Pantai Sa'ua, Batu Atola, dan Misteri Batu Karang di Nias Selatan

      Beberapa hari yang lalu penulis membeli buah hoe ke seseorang anak muda. Kebetulan menjajakan buah hoe di atas sepeda motor. Kadang juga seorang pria tua menjajakan buah hoe menggunakan sepeda tua miliknya. Dan penulis tidak pernah melihat buah ini dijual oleh orang lain atau dikomersilkan di pasar tradisional atau lokasi penjualan buah, seperti di perempatan Pasar Pagi atau lapak buah di dekat RSUD Gunungsitoli.
      Buah bowo dan hoe merupakan sedikit dari buah lokal nias yang tidak dikenal oleh orang Nias. Sehingga buah ini menjadi asing ditanah pohon ini tumbuh. Biasanya orang-orang dulu atau generasi kelahiran 80-90an akan familiar dengan rasa buah ini. Tetapi perkembangan zaman dan waktu justru membuat mereka lupa dengan nama buah, warna kulit, hingga sensasi rasa. 
Pria tua dan buah hoe yang akan dijual
Pria tua dan buah hoe yang akan dijual

      Terlebih anak kelahiran 2000-an justru tidak mengenal lagi buah lokal ini, baik warga perkotaan juga perdesaan. Pohon-pohon tersebut banyak yang ditebang untuk banyak keperluan. Bisa digunakan sebagai kayu bakar untuk dapur atau keperluan dalam membuka lahan, baik dalam hal bertani maupun membangun rumah.
      Kebutuhan lahan dan kayu yang tinggi ikut memperburuk semakin berkurangnya buah hoe dan bowo dikenal khalayak umum. Selain kalah soal rasa dan nilai ekonomis, tidak ada projek pelestarian, dan pembudidayaan buah-buah lokal ini, termaksud lainnya menjadi permasalahan serius. Perlu adanya keseriusan dan kesadaran dalam merawat buah-buah lokal yang dulunya tumbuh berjaya di Tano Niha. 
      Buah-buah lokal ini telah memberi kenangan manis bagi generasi yang telah mencicipinya. Walau buah ini hanya ditemui di tempat terbatas, perlu peran dalam menjaga, merawat, dan membudidayakan buah ini ke khalayak umum. Agar buah ini tidak termakan dalam balutan yang hanya bisa diceritakan lewat tulisan atau cerita rakyat.. 
      Perlu peran seluruh elemen untuk membuat produk kuliner kreatif dari bahan-bahan buah lokal di Nias. Khususnya para pembuat makanan dan minuman untuk mengangkat potensi lokal ini menjadi barang bernilai ekonomi. Adanya event-event di kabupaten dan kota perlu memberi ruang agar buah ini diperkenalkan dan dikenal banyak orang, tanpa terkecuali. Sehingga buah-buah ini bukan menjadi majalah buku sejarah atau tampilan gambar search engine saja. 

      Baca juga:
Saat Gomo Punya Puncak View
Kolam Renang Soladari Nias Utara: Potensi Desa dari Dana Desa

Comments

  1. Bowo dan hoe rasanya enak banget bro,, tp sayang, pohonnya jarang kita temui, kebanyakan sudah ditebang

    ReplyDelete
  2. ia kawan... memang belum ada kesadaran untuk melestarikan buah ini. Termaksud pilkada serentak di pulau nias tidak ada yg menyentuh dari program pelestarian tanaman lokal dan hewan endemik seperti beo Nias. Harapan seluruh calon di pilkada tetap tidak mengesampingkan prioritas pelestarian flora dan fauna.

    ReplyDelete

Post a Comment