Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2020

Pantai Sa’ua, Batu Atola, dan Misteri Batu Karang di Nias Selatan

      Sepanjang jalan di Pulau Nias, pemandangan pantai dan laut hal yang biasa dirasakan saat berkunjung disini. Namun di Nias Selatan, beberapa tempat di pantai dan laut memiliki mitos dan cerita sendiri yang sangat sayang untuk dilewatkan. Salah satunya Batu Atola yang berada di jalur lintas Gunungsitoli - Teluk Dalam.        Biasanya pengunjung yang hendak ke Teluk Dalam -  Gunungsitoli atau sebaliknya biasanya akan melihat batu karang ini.  Batu Atola berada Pantai Sa’ua di Desa Bawaza’ua Kecamatan Toma Kabupaten Nias Selatan.  Penulis berkesempatan datang ke tempat tersebut yang kebetulan ada urusan di Teluk Dalam.       Penulis dari Gunungsitoli memacu kendaraan roda dua sekitar 100 kilometer atau selama 2,5 jam perjalanan. Sementara dari Teluk Dalam kurang dari 30 menit menuju ke tempat tersebut. Dalam Bahasa Nias, batu artinya kara/ gara dan atola (dibaca atöla ) artinya berlubang. Namun kata kara/ gara justru tidak tidak familiar. Penulis berpikir hal tersebut untuk memu

Relaksasi Diri di Puncak Genasi

      Perjalanan ke Gunungsitoli – Teluk Dalam tidak akan afdol jika belum berhenti di sebuah tempat bernama Puncak Genasi. Sebuah tempat yang biasa jadi rest area , baik dari pengendara kendaraan dari Gunungsitoli ke Teluk Dalam atau sebaliknya. Walau bukan sebuah objek wisata, namun tidak ada salahnya untuk duduk manis sejenak sambal berfoto di tempat tersebut. Pemandangan laut di Puncak Genasi. Puncak ini menghadap laut Samudera Hindia       Puncak Genasi berada di Desa Hilinamoniha, Kecamatan Toma, Kabupaten Nias Selatan. Jarak Puncak Genasi dari Gunungsitoli sekitar 92 kilometer dari Gunungsitoli atau 18 kilometer dari Teluk Dalam. Rata-rata pengunjung dari Gunungsitoli akan melepas lelah dan pegal saat berkendara di tempat ini, baik pengunjung roda dua dan roda empat. Kebetulan penulis menuju ke tempat tersebut karena ada urusan di Teluk Dalam sambil mereview Puncak Genasi.        Kondisi jalan menuju ke tempat tersebut, baik dari Gunungsitoli maupun Teluk Dalam

Saat Gomo Punya View Puncak

View Puncak Gomo saat mendung dan menjelang terbenam matahari        Gambar dokumentasi ini bukan berada sebuah daerah Sumatera, Pulau Jawa atau berada di luar  daerah lainnya di Pulau Nias. Justru lokasi ini berada tepatnya di desa Sifaoroasi Gomo, Kecamatan Gomo, Kabupaten Nias Selatan. Tempat yang diyakini di mitologi asal muasal lahirnya marga-marga di Pulau Nias. Tempat terpencil ini memiliki pesona pemandangan yang sangat sayang dilewatkan. Nama tempat ini adalah Puncak Gomo, karena tempat ini berada di atas bukit sisi Utara daerah Gomo. Objek wisata ini sedang dibicarakan banyak orang.                 Perjalanan ke Gomo memakan waktu sekitar 2,5 jam dari Gunungsitoli atau 1 jam lebih dari Teluk Dalam, Ibukota Nias Selatan. Perjalanan penulis dimulai dari Gunungsitoli menuju jalur selatan, tepatnya ke Nias Selatan menuju Kecamatan Lahusa. Dari Pertigaan Lahusa atau dikenal Simpang Auge, tepatnya di depan kantor kecamatan, pengunjung belok ke arah kanan. Pengujung mengikuti j

Menikmati Puncak Soliga Gunungsitoli

Panorama Puncak Soliga         Perkembangan Gunungsitoli semakin banyak membuka  spot-spot  yang sangat sayang untuk dilewatkan. Beberapa tempat memang ditujukan untuk wisata, namun sebagian merupakan tempat yang diviralkan. Tempat itu bisa akibat fenomena alam seperti abrasi di pinggir pantai atau hasil campur tangan manusia. Salah satunya Puncak  Soliga, tepat di atas Hotel Soliga, Kecamatan Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli.         Sebetulnya tempat ini belum dinamai secara resmi, namun banyak para pengunjung  memberi nama lokasi tersebut sebagai Puncak Soliga. Penulis paham alasan pengunjung memebri nama lokasi tersebut. posisi puncak memang berada di atas Hotel Wisma Soliga, sebuah hotel terkenal di Gunungsitoli dan Pulau Nias. Setidaknya pemberian nama ini bertujuan agar pengunjung lebih mudah mengingat serta menginfokan lokasi tersebut ke keluarga dan teman sekitar.        Dulunya bukit ini penuh dengan pepohonan, tumbuhan liar, dan tanaman  gowi niha  (ubi jalar, Bah

Saat Tugu Proklamasi di Gunungsitoli Terlupakan Zaman

       Berjalan-jalan di Gunungsitoli tidak akan terlepas dengan sebuah tempat bernama Lapangan Merdeka. Sebuah lapangan yang biasa digunakan sebagai tempat aktifitas publik, mulai acara keagamaan hingga acara sosial. Setiap orang di Gunungsitoli dan Pulau Nias juga hampir tahu lapangan tersebut. Karena dulunya lapangan tersebut lokasi acara kenegaraan seperti Proklamasi RI dan Pengibaran Bendera Pusaka Merah Putih di Pulau Nias di zaman Gunungsitoli masih ibukota Kabupaten Nias.        Tepat di sisi kanan menghadap Kantor Cabang Bank BRI, terdapat sebuah tugu bercat merah putih. Tugu berdiri kokoh ke arah sudut menuju kantor bank dan jalan raya. Dari tugu sangat mudah melihat Masjid Raya Al-Furqan Gunungsitoli, salah satu rumah ibadah di tengah kota dan Tugu Peringatan Gempa. Tugu Proklamasi di Lapangan Merdeka Gunungsitoli         Sepintas tugu tersebut terlihat biasa, namun tugu tersebut bisa dikatakan saksi perkembangan Gunungsitoli. Setidaknya telah berdiri sebelum R

Manula Banio : Proses Mengupas Buah Kelapa Tradisional di Pulau Nias

         Proses Manula Banio        Pulau Nias masih memiliki adat istiadat, budaya, dan kegiatan sosial terpelihara dengan baik. Aktifitas sosial selalu mengedepankan kekeluargaan, kebersamaan, serta bersahabat dengan alam. Kesederhaan ini terus terjaga selalu sebagai bentuk kearifan lokal masyarakat Nias. Salah satunya aktifitas manula banio .         Manula banio adalah proses pengupasan buah kelapa yang sudah tua dari sabut menggunakan alat yang disebut sula. Kegiatan ini sering dilakukan oleh masyarakat Nias khususnya tinggal di desa saat buah kelapa dipanen dari kebun. Prosesnya pengerjaannya dilakukan orang tua maupun anak laki-laki. Kadang juga meminta bantuan saudara, tetangga, hingga menggaji orang. Buah kelapa yang dikumpulkan di sebuah tempat         Buah kelapa yang lepas dari sabut kemudian dijual ke pengepul untuk dijual kembali ke Gunungsitoli atau dikirim ke luar pulau seperti Sibolga dan sekitarnya. Buah kelapa kemudian dijual dan dijadikan santan