Skip to main content

Wisata Bakau Teluk Ba’a: Kawasan Andalan Mangrove Nias Utara

Salah Satu Spot foto Wisata Bakau Teluk Ba'a
      Topografi pulau Nias secara umum berbukit sempit yang memanjang dari Utara ke Selatan. Namun beberapa tempat juga landai hingga bergambut, sebagian telah tumbuh tanaman bakau dan sejenisnya selama ribuan tahun. Perkembangan masa ke masa hingga pemekaran daerah membuat setiap daerah berinovasi memanfaatkan potensi yang ada. 
      Salah satunya daerah rawa dan bakau disulap untuk meningkatkan pendapatan penduduk sekitar dengan wisata. Sejak akhir tahun 2019, telah dibuka wisata mangrove (bakau) di daerah Teluk Ba'a (kadang disebut Teluk Siabang) Desa Sisarahili, Kecamatan Sawo, Kabupaten Nias Utara. Wisata bakau ini menjadi spot foto baru dan list alternatif wisatawan lokal di Tano Niha. 

Pintu masuk ke tempat wisata bakau
      Tempat ini menjadi booming setelah banyak pengunjung yang hadir dan membagikan moment indah berfoto ria di sosial media. Hingga akhirnya penulis pun penasaran dan datang ke tempat yang dimaksud. Penulis saat ini telah hadir 2 kali di tempat ini.
      Perjalanan menggunakan sepeda motor dengan jarak tempuh sekitar 1 jam dari daerah Gunungsitoli. Kondisi jalan beraspal namun terdapat beberapa titik kerusakan jalan, Saat sampai di pertigaan Gereja Sisarahili Kecamatan Sawo, di sisi kanan jalan kita disambut dengan papan nama “Destinasi Wisata Hutan Mangrove Teluk Ba’a”. 

   Baca juga:
Sungai Nou di Gunungsitoli: Riwayatmu Kini
Ramadhan dan Pandemi di Nias (Part 1) : Saat Ibadah di Rumahkan
Foto 1
Suasana Tempat parkir Kendaraan
     Jarak dari jalan utama ke tempat tersebut 800 meter. Posisi jalan sempit dan sebagai besar belum di aspal, terlebih ada genangan air saat hujan. Kita disambut dengan tugu berbentuk persegi dan halaman parkir yang luas. Lokasi parkir dapat memuat sekitar 40-an mobil dan ratusan sepeda motor. 
     Hanya saja halaman tersebut masih beralas tanah dengan banyak genangan air, terlebih saat hujan. Saat masuk kita terlebih dulu melewati titian (jembatan kayu kecil) dari batang kelapa sepanjang 3 meter menghubungkan lokasi parkir ke tempat dituju. Dari titian ada 2 jalur yang dilalui wisatawan, yaitu kiri atau depan yang ternyata terhubung memutar sekitar 500 meter dari tempat berdiri. Jadi saat kita lewat jalur kiri maka akan keluar dari jalan depan dan begitu sebaliknya. 

Beberapa spot foto terbaru
     Penulis menyarankan pengunjung mengikuti jalur dari kiri karena banyak spot foto keren. Dari jalur kiri pengunjung berjalan diatas jembatan tiang beton dengan pijakan berbahan kayu kokoh selebar sekitar 1.5 meter. Selain itu pengunjung dimanjakan hutan bakau mengapit kanan kiri dengan siulan merdu burung yang hinggap di pohon. 
    Penulis melihat konsep wisata ini seperti tempat wisata mangrove yang sudah populer, seperti BJBR (Bee Jay Bakau Resort) di Probolinggo, Jawa Timur hanya saja bentuknya lebih kecil. Pengunjung bisa berfoto dengan latar jejeran pohon mangrove berdiri tegak di kedua sisi jalan. 

Foto 1
Foto 2
   Suasana asri hutan mangrove dan Teluk Ba'a
        Selain itu terdapat penambahan fasilitas spot foto baru seperti titian kecil  dan latar “love”. Kemudian penambahan beberapa tempat jualan sederhana di sepanjang jalur. Hal ini berbeda beberapa bulan yang lalu saat penulis berkunjung di tempat tersebut. Mungkin perkembangan tempat tersebut membuat pihak pengelola berinovasi memanjakan para pengunjung. Kawasan ini hanya ramai dikunjugi saat akhir pekan. Maka pengunjung yang datang diluar waktu tersebut bisa lebih leluasa memilih tempat berteduh.

       Baca juga:
Manula Banio : Proses Mengupas Buah Kelapa Tradisional di Pulau Nias
 Beberapa kawasan pondok yang disediakan pengelola
      Dari ujung depan jembatan kita akan disambut nuansa indah teluk dan muara berhadapan langsung dengan laut. Ditempat tersebut berdiri beberapa tempat singgah permanen dan selebihnya dari batang kayu. Alunan suara ombak yang tenang membuat pengunjung bisa betah berlama-lama untuk bersantai, kumpul, dan makan bersama dengan rombongan keluarga atau teman.
      Terdapat hewan seperti ikan dan kepiting melintas di bawah kita. Suara-suara burung terdengar diantara pohon-pohon bakau. Beberapa pengunjung memanfaatkan lokasi tersebut untuk memancing. Setidaknya menambah aktifitas sambil refreshing bersama keluarga.
      Berada di lokasi muara membuat banyak sedimen lumpur dengan kedalaman sekitar lutut orang dewasa. Penulis tidak menyarankan pengunjung berenang atau bermain air, terlebih membiarkan anak-anak berenang. Selain itu pengunjung bisa berkeliling di sekitar teluk menggunakan boat milik warga sekitar dengan harga terjangkau. 
      Sejak awal wisata dibuka hingga penulis menuliskan di blog, mayoritas pengunjung puas dan senang berkunjung termaksud keluargaku. Hal ini dibuktikan banyak bertebaran foto di media sosial baik di facebook, twetter,  instagram, hingga akun youtube milik pengunjung. Walau banyak fasilitas yang kurang seperti lahan parkir yang sering becek, pinggir pohon bakau yang mati, kemudian amblasnya jalan setapak akibat abrasi, hingga tempat parkir becek tidak membuat penunjung bosan. 

Penulis berfoto di salah satu tempat 
       Di usia lauching yang masih seumur jagung kekurangan yang dimaksud masih taraf wajar. Berbagai penambahan fasilitas dilakukan secara perlahan. Masyarakat sekitar menikmati dari meningkatnya jumlah wisatawan. Dapat menambah penghasilan dengan berjualan atau bisa berinovasi menjual produk atau souvenir dari tempat tersebut.
       Menurut penulis, tempat ini sangat direkomendasi, terlebih mengajak keluarga, teman, dan sanak famili. Selain mengedukasi tentang pentingnya pohon bakau yang hanya dilihat di televisi atau layar handphone, tempat ini jadi sarana relaksasi dan bisa mengeratkan hubungan kekeluargaan. 
      
      Baca juga:
Saat Tugu Proklamasi di Gunungsitoli Terlupakan Zaman
Menikmati Suasana di Puncak Soliga Gunungsitoli Pulau Nias 

Comments

Post a Comment