View Puncak Gomo saat mendung dan menjelang terbenam matahari |
Perjalanan ke Gomo memakan waktu sekitar 2,5 jam dari Gunungsitoli atau 1 jam lebih dari Teluk Dalam, Ibukota Nias Selatan. Perjalanan penulis dimulai dari Gunungsitoli menuju jalur selatan, tepatnya ke Nias Selatan menuju Kecamatan Lahusa. Dari Pertigaan Lahusa atau dikenal Simpang Auge, tepatnya di depan kantor kecamatan, pengunjung belok ke arah kanan. Pengujung mengikuti jalan tersebut sejauh sekitar 16 km ke arah Gomo. Saat ini sudah ada google maps yang memandung pengunjung menuju ke tempat tersebut.
Seorang pengunjung berfoto di atas Puncak Gomo |
Baca juga:
Saat Tugu Proklamasi di Gunungsitoli Terlupakan Zaman
Tempat Perekat Keluarga Pantai Asi Walo di Nias Utara
Pemandangan sungai, sawah, bukit hingga jurang mewarnai perjalanan ke puncak. Saat pengunjung tiba di Desa Orahili Gomo tepatnya sebuah lapangan, pengunjung belok kiri menuju sebuah jembatan. Selepas dari jembatan diikuti jalan terjal dengan kemiringan sekitar 35 derajat sejauh 100 meter. Penulis menyarankan pengunjung untuk ekstra hati-hati mengendarai kendaraan.
Setelah melewati jalan tersebut di sisi kanan jalan sebuah petunjuk nama “Puncak Gomo” berwarna hijau dan putih. Pengunjung berjalan masuk ke arah petunjuk nama tersebut sejauh 20 meter ke dalam. Kondisi jalan saat masuk ke dalam berbahan semen yang sebagian telah terkelupas dan rusak. Ukuran jalan agak sempit, namun mobil bisa masuk ke dalam jalan.
Beberapa spot foto di puncak |
Tempat di Puncak Gomo sebenarnya tidak begitu besar. Penulis memperkirakan luas tersebut sekitar 40 m persegi. Namun tidak mengurangi keindahan pemandangan di tempat tersebut. Dari puncak kita akan dimanjakan pemandangan rumah-rumah warga Desa Orahili Gomo, ibukota Kecamatan Gomo, sungai yang memanjang dari sebuah lembah, dan bukit-bukit berjejer rapi. Kadang kamu bisa melihat awan terlihat di bukit, kabut, suara air sungai dari kejauhan, hingga sunset dari atas puncak meski samar-samar.
Ketinggian Puncak Gomo kira-kira 600 meter dari permukaan laut , mengacu dari sebuah peta topografi di Pulau Nias. Hal ini membuat Puncak Gomo terasa sejuk dan dingin. Saat menjelang malam atau kondisi mendung dan hujan, suhu bisa membuat pengunjung menggigil. Maka penulis menyarankan membawa jaket atau alat penghangat tubuh agar badan tetap hangat.
Baca juga:
Ramadhan dan Pandemi di Nias (Part 3) : Semangat Rasa Peka
Puncak Gomo saat ini memiliki fasilitas kafe dengan menjual makanan dan minuman ringan dengan harga relatif, souvenir kaos serba-serbi Puncak Gomo, toilet, dan 2 tempat foto, antara lain frame love dan frame bertuliskan “Puncak Gomo”. Pengunjung bisa bebas memilih berfoto kedua frame tersebut atau memilih berfoto dengan view bukit, aliran sungai dan rumah-rumah warga.
Pondok Puncak Gomo saat senja |
Penulis hadir saat cuaca memang mendung dan matahari mulai tenggelam sehingga gagal mengabadikan sunset dari atas puncak. Namun keadaan mendung justru membuat daerah tersebut kelilingi kabut dan awan tebal. Serasa berada di negeri atas awan, yang hanya bisa dilihat di layar televisi. Penulis tidak lupa mengabadikan pemandangan tersebut meski dengan kamera smartphone jadul.
Pemiliknya Puncak Gomo biasa dipanggil Ama Gihon Tafona’o, terinspirasi membuat tempat ini dari perjalanan merantau di berbagai tempat di Pulau Jawa dan Sumatera. Kemudian saat pulang ke Nias, Ama Gihon membuat sebuah tempat bersantai di tempat saat ini disebut Puncak Gomo. Pemandangan dari puncak tersebut dibagikan ke media sosial dan hasilnya sangat positif. Beberapa pengunjung dari Gunungsitoli mengatakan ke penulis bahwa mereka pernah ke tempat tersebut karena foto-foto yang tersebar di media sosial.
View perdesaan dari atas Puncak Gomo saat matahari terbenam |
Sejujurnya penulis sangat akrab dengan daerah Gomo ataupun pemekaran dari kecamatan ini seperti Susua, Boronadu, Umbunasi, Mazo, Idanotae, dan Ulu Idanotae. Dikarenakan pernah ditempatkan sebagai pekerja verificator sebuah perusahaan di Jakarta. Potensi yang ada sangat besar di kelelola. Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, memacu pertumbuhan, dan mengenalkan Nias dan potensi yang ada di dalamnya.
Puncak Gomo sesuatu hal yang tidak bisa dilupakan. Boleh jadi penulis mengakui inspirasi tanah rantau direplikasi dan modifikasi sesuai kebutuhan yang ada. Penulis merekomendasi pengunjung untuk datang ke tempat ini. Sambil melawan stigma buruk tentang Gomo dan Nias. Boleh jadi ini cara kita menjadi seseorang yang disebut Ono Niha.
Baca juga:
Manula Banio : Proses Mengupas Buah Kelapa Tradisional di Pulau Nias
Abrasi Pantai di Gunungsitoli: Di Lain Sisi
AJO_QQ poker
ReplyDeletekami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
-bandar 66
-perang baccarat (new game )
Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
PROMO MENARIK
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) |
Whatshapp : +855969190856