Skip to main content

Saat Gomo Punya View Puncak

View Puncak Gomo menjelang terbenam matahari
View Puncak Gomo saat mendung dan menjelang terbenam matahari
       Gambar dokumentasi ini bukan berada sebuah daerah Sumatera, Pulau Jawa atau berada di luar  daerah lainnya di Pulau Nias. Justru lokasi ini berada tepatnya di desa Sifaoroasi Gomo, Kecamatan Gomo, Kabupaten Nias Selatan. Tempat yang diyakini di mitologi asal muasal lahirnya marga-marga di Pulau Nias. Tempat terpencil ini memiliki pesona pemandangan yang sangat sayang dilewatkan. Nama tempat ini adalah Puncak Gomo, karena tempat ini berada di atas bukit sisi Utara daerah Gomo. Objek wisata ini sedang dibicarakan banyak orang.        
       Perjalanan ke Gomo memakan waktu sekitar 2,5 jam dari Gunungsitoli atau 1 jam lebih dari Teluk Dalam, Ibukota Nias Selatan. Perjalanan penulis dimulai dari Gunungsitoli menuju jalur selatan, tepatnya ke Nias Selatan menuju Kecamatan Lahusa. Dari Pertigaan Lahusa atau dikenal Simpang Auge, tepatnya di depan kantor kecamatan, pengunjung belok ke arah kanan. Pengujung mengikuti jalan tersebut sejauh sekitar 16 km ke arah Gomo. Saat ini sudah ada google maps yang memandung pengunjung menuju ke tempat tersebut.

Seorang pengunjung berfoto dengan latar rumah, awan, dan bukit di atas Puncak Gomo
Seorang pengunjung berfoto di atas Puncak Gomo
       Diperjalanan dari Simpang Auge menuju Gomo memakan waktu sekitar 30 menit dengan kondisi jalan saat ini sudah teraspal. Namun di beberapa tempat terdapat kerusakan dari ringan hingga berat. Perjalanan ke sana bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda 4. Namun penulis menyarankan pengunjung untuk tidak memacu kendaraan lebih kencang. Alasannya selain jalan yang tidak begitu lebar dari jalan lintas Gunungsitoli – Teluk Dalam, banyak anak kecil hingga binatang milik warga terkadang bermain di jalan.
     
      Baca juga: 
Saat Tugu Proklamasi di Gunungsitoli Terlupakan Zaman
Tempat Perekat Keluarga Pantai Asi Walo di Nias Utara

      Pemandangan sungai,  sawah, bukit hingga jurang mewarnai perjalanan ke puncak. Saat pengunjung tiba di Desa Orahili Gomo tepatnya sebuah lapangan, pengunjung belok kiri menuju sebuah jembatan. Selepas dari jembatan diikuti jalan terjal dengan kemiringan sekitar 35 derajat sejauh 100 meter. Penulis menyarankan pengunjung untuk ekstra hati-hati mengendarai kendaraan. 
      Setelah melewati jalan tersebut di sisi kanan jalan sebuah petunjuk nama “Puncak Gomo” berwarna hijau dan putih. Pengunjung berjalan masuk ke arah petunjuk nama tersebut sejauh 20 meter ke dalam. Kondisi jalan saat masuk ke dalam berbahan semen yang sebagian telah terkelupas dan rusak. Ukuran jalan agak sempit, namun mobil bisa masuk ke dalam jalan.

Beberapa spot foto di puncak
Beberapa spot foto di puncak

       Tempat di Puncak Gomo sebenarnya tidak begitu besar. Penulis memperkirakan luas  tersebut sekitar 40 m persegi. Namun tidak mengurangi keindahan pemandangan di tempat tersebut. Dari puncak kita akan dimanjakan pemandangan rumah-rumah warga Desa Orahili Gomo, ibukota Kecamatan Gomo, sungai yang memanjang dari sebuah lembah, dan bukit-bukit berjejer rapi. Kadang kamu bisa melihat awan terlihat di bukit, kabut, suara air sungai dari kejauhan, hingga sunset dari atas puncak meski samar-samar.
       Ketinggian Puncak Gomo kira-kira  600 meter dari permukaan laut , mengacu dari sebuah peta topografi di Pulau Nias. Hal ini membuat Puncak Gomo terasa sejuk dan dingin. Saat menjelang malam atau kondisi mendung dan hujan, suhu bisa membuat pengunjung menggigil. Maka penulis menyarankan membawa jaket atau alat penghangat tubuh agar badan tetap hangat.

      Baca juga:
Ramadhan dan Pandemi di Nias (Part 3) : Semangat Rasa Peka

       Puncak Gomo saat ini memiliki fasilitas kafe dengan menjual makanan dan minuman ringan dengan harga relatif, souvenir kaos serba-serbi Puncak Gomo, toilet, dan 2 tempat foto, antara lain frame love dan frame bertuliskan “Puncak Gomo”. Pengunjung bisa bebas memilih berfoto kedua  frame tersebut atau memilih berfoto dengan view bukit, aliran sungai dan rumah-rumah warga. 

Pondok Puncak Gomo saat senja
Pondok Puncak Gomo saat senja

      Penulis hadir saat cuaca memang mendung dan matahari mulai tenggelam sehingga gagal mengabadikan sunset dari atas puncak. Namun keadaan mendung justru membuat daerah tersebut kelilingi  kabut dan awan tebal. Serasa berada di negeri atas awan, yang hanya bisa dilihat di layar televisi. Penulis tidak lupa mengabadikan pemandangan tersebut meski dengan kamera smartphone jadul.
      Pemiliknya Puncak Gomo biasa dipanggil Ama Gihon Tafona’o, terinspirasi membuat tempat ini dari perjalanan merantau di berbagai tempat di Pulau Jawa dan Sumatera. Kemudian saat pulang ke Nias, Ama Gihon membuat  sebuah tempat bersantai di tempat saat ini disebut Puncak Gomo. Pemandangan dari puncak tersebut dibagikan ke media sosial dan hasilnya sangat positif. Beberapa pengunjung dari Gunungsitoli mengatakan ke penulis bahwa mereka pernah ke tempat tersebut karena foto-foto yang tersebar di media sosial.


View perdesaan di Puncak Gomo saat matahari terbenam
View perdesaan dari atas Puncak Gomo saat matahari terbenam
      Penulis merasakan betapa indahnya pemandangan dari atas Puncak Gomo. Bisa melihat perkampungan warga dengan varian bentuk, sawah, hutan, sungai, dan kesehajaan warga sekitar dengan senyum manis. Warga disana sangat ramah, hal ini pengalaman penulis saat bertanya-tanya lokasi tersebut ke warga sekitar. Beda yang dikatakan banyak orang termaksud orang Nias sendiri tentang hal menakutkannya  daerah dan orang Gomo.
      Sejujurnya penulis sangat akrab dengan daerah Gomo ataupun pemekaran dari kecamatan ini seperti Susua, Boronadu, Umbunasi, Mazo, Idanotae, dan Ulu Idanotae. Dikarenakan pernah ditempatkan sebagai pekerja verificator sebuah perusahaan di Jakarta. Potensi yang ada sangat besar di kelelola. Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, memacu pertumbuhan, dan mengenalkan Nias dan potensi yang ada di dalamnya.
       Puncak Gomo sesuatu hal yang tidak bisa dilupakan. Boleh jadi penulis mengakui inspirasi tanah rantau direplikasi dan modifikasi sesuai kebutuhan yang ada. Penulis merekomendasi pengunjung untuk datang ke tempat ini. Sambil melawan stigma buruk tentang Gomo dan Nias. Boleh jadi ini cara kita menjadi seseorang yang disebut Ono Niha.

      Baca juga:
Manula Banio : Proses Mengupas Buah Kelapa Tradisional di Pulau Nias 
Abrasi Pantai di Gunungsitoli: Di Lain Sisi

Comments

  1. AJO_QQ poker
    kami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
    Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
    di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
    - play aduQ
    - bandar poker
    - play bandarQ
    - capsa sunsun
    - play domino
    - play poker
    - sakong
    -bandar 66
    -perang baccarat (new game )
    Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
    PROMO MENARIK
    di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
    Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
    withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
    menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
    Permanent (acak) |
    Whatshapp : +855969190856

    ReplyDelete

Post a Comment