Skip to main content

Kolam Renang Soladari Nias Utara: Potensi Desa dari Dana Desa

     Beragam potensi desa di Pulau Nias sangat banyak. Dimulai dari hasil alam, budaya, adat istiadat, hingga keadaan alam. Potensi ini sangat terbuka  untuk dikelola sebagai aset, pendapatan, hingga jadi identitas sebuah desa. Salah satunya pemanfaatan umbu / gumbu (mata air, Bahasa Nias) sebagai area wisata dan pemasukan asli pendapatan desa. Hal ini pengalaman penulis saat berkunjung beberapa minggu yang lalu di kolam renang Soladari Dusun II Fa'umbu, Desa Hiligoduhoya, Kecamatan Lahewa, Kabupaten Nias Utara.

Kolam renang soladari di Desa Hiligoduhoya
     Desa Hiligoduhoya terletak di atas bukit mengikuti jalur ke arah Kecamatan Afulu sekitar 20 menit dari Lahewa, Ibukota Kecamatan Lahewa. Atau dari Gunungsitoli memakan waktu sekitar 2  jam dengan mengikuti jalur Gunungsitoli-Lotu-Lahewa. Biasanya pengunjung ke kolam tersebut bukan hanya dari sekitar desa tersebut, juga daerah lainnya termaksud  Gunungsitoli.
     Ada 2 jalan untuk sampai tempat kolam renang Soladari, yaitu  melalui jalan ke arah Puskesmas Lahewa atau Jalan lintas Lahewa-Afulu. Penulis berkesempatan mengikuti ke dua jalur tersebut. Namun penulis menyarankan untuk memilih jalan lintas Lahewa-Afulu. Selain karena jalan lebih beraspal mulus, juga tidak membingungkan pengunjung baru.
     Melalui jalan lintas Lahewa - Afulu, tepatnya di Desa Sifaoraosi di pinggir jalan terdapat pertigaan kecil ke kiri yang dapat dilalui oleh mobil walau hanya 1 lajur. Masyarakat disana menyebutnya nama Jalan Umbu. Dari pertigaan pengunjung mengikuti jalan tersebut dengan kondisi jalan yang sangat jelek. 

Foto Kolam renang Soladari dari atas
      Dari pertigaan pengunjung berkendara mengikuti jalan tersebut sejauh 2 kilometer dengan kerusakan sedang hingga parah. Kerusakan jalan membuat pengunjung perlu ekstra hati-hati dalam membawa kendaraan. Setelah melalui jalan tersebut pengunjung menemui pertigaan selanjutnya kita mengambil jalan ke kanan dengan melewati penurunan.  

     Baca juga:

Manula Banio : Proses Mengupas Buah Kelapa Tradisional di Pulau Nias 
Saat Tugu Proklamasi di Gunungsitoli Terlupakan Zaman

      Jarak dari pertigaan ke dua menuju tempat kolam sejauh  200 meter. Di sebelah kiri kita akan melihat kolam renang serta penunjung yang telah berenang dan sebelah kanan terpampang papan nama BUMDes Hiligoduhoya. Pengunjung berjalan 20 meter dari jalan ke tempat kolam renang dengan kondisi jalan masih beralas tanah.
       Beruntungnya banyak rumah warga sehingga pengunjung tidak akan kesulitan untuk bertanya dan mengalami pertolongan saat hal buruk di jalan. Saat ini sudah petunjuk berupa tag lokasi di kolam renang beupa foto menggunakan di aplikasi Google Maps atau Google Earth. Hanya saja jalan begitu terlihat samar-sama dari aplikasi karena bukan jalan lintas propinsi. 
     
Pengunjung yang duduk melihat kelurganya bermain di kolam
       Sesampainya disana penulis melihat sudah banyak pengunjung datang  untuk berenang. Disisi kanan pinggir kolam juga banyak pengunjung duduk bercengkrama. Mereka juga bagian dari rombongan keluarga yang memilih duduk manis, bercengkrama dengan sesama. Hanya anak-anak dan keponakan mereka yang menceburkan ke dalam kolam dan bermain air.
       Saat akan duduk, seorang ibu menghampiri kami untuk menanyakan berapa orang yang hendak masuk ke kolam renang. Ternyata dia salah seorang petugas yang bertanggung jawab mengelola BUMDes. Walau begitu, rasanya pengunjung yang perdana datang akan merasa bingung karena petugas tidak menggunakan seragam atau alat identitas diri petugas dari BUMDes. Selain itu tidak ada tiket yang diberikan untuk pengunjung sebagai bukti telah membayar biaya masuk.
       Biaya berenang para pengunjung dikenakan sebesar Rp. 3.000/ orang. Kemudian ada biaya tambahan sewa ban untuk pelampung sebesar Rp. 5.000 bagi pengunjung yang ingin menyewa. Harga yang terjangkau untuk bisa berendam sepuasnya tanpa batas waktu. Sementara untuk pengunjung  yang tidak berenang dan duduk di samping kolam tidak dikenanakan biaya. 
Kolam renang Soladari dari depan
        Sepintas kolam ini memang sederhana dengan ukuran kolam sekitar 8 x 15 meter.  Air yang mengalir dari bak penampungan tepat diatas kolam. Namun uniknya air ini berasal dari umbu. Sesuatu hal langka, karena genangan air kolam berasal dari umbu yang terdapat di atas tempat penampungan. Sehingga air tetap mengalir terus menerus tiada henti dan mengganti air kolam secara perlahan. Tidak seperti kolam renang pada umumnya, dimana air  tertampung dan tidak mengalir.

      Baca juga:
Ramadhan dan Pandemi di Nias (Part 1) : Saat Ibadah di Rumahkan

       Kedalaman kolam terdiri atas beberapa tingkatan dimulai sedalam kaki orang dewasa hingga 1,5 meter. Disisi kiri dan kanan kolam termaksud dangkal, cukup untuk anak-anak diumur 9-13 tahun. Sementara di tengah berkedalaman 1,5 meter. Walau begitu khusus anak-anak yang hendak berenang perlu pengawasan orang tua.
        Kolam renang tersebut bisa dinikmati segala umur, baik yang tua hingga muda, laki-laki maupun perempuan dapat menikmati tempat untuk berendam, berenang, atau bermain air. Kontrol dari pengunjung perlu agar menjaga etika saat berenang di kolam tersebut. Seperti tidak mengotori dengan sampah dan menggunakan sabun hingga shampo di dalamnya. Penulis lihat saat beberapa oknum pengunjung melakukan hal demikian. Sesuatu hal yang harusnya dijaga bersama.

Umbu keluar dari tempat penampungan di atas kolam
       Airnya sangat dingin dan menyegarkan. Begitu kesan pertama penulis merasakan air tersebut, meluncur dari dari bak penampungan menuju kolam.  Ditambah asrinya sekitar dengan berbagai pohon tumbuh di setiap sisi kolam. Walau belum tersedia tempat istirahat kondusif seperti kursi, meja, hingga jalan paving block, setidaknya ruang ganti atau kamar mandi permanen menjadi alasan tempat ini dapat rekomendasi semua kalangan. Pengunjung tidak perlu risih untuk mandi dan bertukar pakaian.
      Para pengunjung, baik dari warga desa sekitar hingga lintas kabupaten datang dan berkunjung. Ada yang mandi ke kolam renang atau duduk santai bersama keluarga. Membawa bekal dari rumah untuk disantap saat lapar datang. Hanya saja belum ada fasilitas tempat pembuangan sampah menjadi kendala saat para pengunjung hendak membuangnya. 
      Sesuatu hal yang patut diapresiasi adalah pemanfaatan potensi desa untuk digunakan sebagai pendapatan dan membangun identitas desa. Umbu dimanfaatkan tidak hanya kebutuhan masyarakat desa saja. Umbu juga dimanfaatkan sebagai penghasilan asli desa dengan pembuatan kolam renang hasil dari dana desa (DD). DD merupakan program pemerintah untuk membangun dan menyejahterakan desa dengan kucuran dana hasil pinjaman luar negeri.

Pengunjung yang bermain air di kolam 
        DD digunakan oleh pemerintah desa Hiligoduhoya didukung BPD dan warga untuk meningkatkan pendapatan asli desa (PADes). Sebuah contoh positif yang dapat dijadikan pelajaran dan inspirasi. DD menjadi jalan bagi desa untuk berkembang dan sejahterakan warganya. Seperti slogan pemanfaatan DD, Dari Desa Untuk Indonesia.
        Kolam renang Soladari ini menjadi sebuah inovasi yang keren, karena memanfaatkan sumber potensi desa untuk dijadikan PADes. Terlebih infonya pihak BUMDes berencana mengelola umbu tersebut dalam bentuk produk yang dapat dipasarkan seperti air minum kemasan. Info yang didapat di berita online Nias menjadi cara efektif dan progesif pengelolaan yang lebih besar lagi. Walau begitu harapan tetap mengedepankan unsur ekologis yang terjaga kualitas air.
        Wisata air kolam renang Soladari desa Hiligoduhoya bisa dikatakan baru alias perdana. Maka ada banyak kekurangan yang harusnya bisa dimaklumi sementara waktu. Kemudian pengelolaan perlu ditingkatkan seperti pembuatan dinding pembatas di sekitar kolam dan pemberian karcis agar penghasilan PADes lebih transparan. Pengunjung yang telah puas bermain laut bisa bermain air tawar di hari yang sama. Penulis merekomendasi hal demikian, agar sensasi bermain laut bisa dilanjutkan bermain air tawar.

      Baca juga:
Abrasi Pantai di Gunungsitoli: Di Lain Sisi
Eksotisme Terabaikan Pantai Mo'ale Nias Selatan

Comments