Skip to main content

Tempat Perekat Keluarga Pantai Asi Walo di Nias Utara

      Umumnya pesona pantai di pulau ini sangat nyaman dan aman untuk dikunjungi siapa pun. Sehingga menjadi tempat dalam membangun erat keakraban, team work, dan kekeluargaan. Seperti Pantai Asi Walo atau lebih familiar sebutan Pantai Walo yang berada di Desa Teluk Bengkuang, Kecamatan Sawo, Kabupaten Nias Utara. 
        Setiap weekend, pengunjung dari berbagai tempat seperti Gunungsitoli dan sekitarnya meramaikan tempat ini untuk menghabiskan akhir pekan bersama keluarga, teman, sahabat, hingga pasangan. Walau tempat ini buka setiap harinya, di akhir pekan termaksud hari libur jadi waktu pembeda karena frekuensi pengunjung yang datang sangat tinggi. Penulis pertama sekali datang ke tempat tersebut 10 tahun lalu dan sampai hari ini antusias pengunjung tidak pernah berhenti untuk datang ke Pantai Walo.

Pantai Asi Walo, Desa Bengkuang, Kabupaten Nias Utara
Pantai Asi Walo, Desa Bengkuang, Kabupaten Nias Utara
         Perjalanan ke pantai tersebut memakan waktu 1 jam dari Gunungsitoli ke arah Kecamatan Sawo, Kabupaten Nias Utara. Dari Gunungsitoli, penulis mengendarai sepeda motor menuju ke pantai tersebut. Saat ini kondisi jalan telah beraspal dengan kerusakan ringan di beberapa titik dan relatif aman. Dari perjalanan, pengunjung bisa melihat suasana jalan desa yang asri dengan pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di kedua sisi jalan.
         Terdapat 2 jalur untuk sampai ke Pantai Asi Walo. Pertama dari persimpangan Gereja BNKP Turia Rofa di Desa Hilinduruwa. Di dekat gereja terdapat pertigaan (arah kanan dari Gunungsitoli) selebar 2,5 meter dengan kondisi jalan beraspal. Sebagai penanda tambahan, dipertigaan terdapat plang nama jalan yaitu Jalan Kelapa. Dari pertigaan pengunjung dapat mengikuti jalan tersebut sejauh 1 km menuju pantai tersebut. Atau kita dapat melewati jalan di pertigaan menuju arah Desa Seriwa'u Kec. Sawo dengan jarak tempuh lebih jauh dan jalan tidak mulus. 

Pintu Gerbang Pantai Asi Walo
Pintu Gerbang Pantai Asi Walo
       Lokasi desa Teluk Bengkuang  berada di luar jalan propinsi lintas Gunungsitoli-Sawo-Lotu. Bagi pengunjung yang masih bingung lokasi pantai, perkembangan teknologi telah memudahkan kita untuk bisa berkunjung kesana dengan memanfaatkan peta online, salah satunya Google Maps. Atau bisa bertanya ke warga sekitar desa saat melalui jalan tersebut. Penduduk disana sangat ramah dan tidak segan memberi petunjuk arah bagi warga yang hendak ke tempat tersebut.


     Baca juga:

      Berjalan dari persimpangan Gereja BNKP Turia Rofa, pengunjung akan melewati jalan dengan semak-semak setinggi orang dewasa di sisi jalan. Sebelum melewati sebuah masjid, pengunjung bisa melihat beberapa ekor sapi dan kambing yang dibudidayakan oleh masyarakat desa. Hingga akhirnya pengunjung disambut dengan papan nama “Selamat Datang di Pantai Asi Walo” di pintu gerbang pantai. 
     Ada lokasi parkir mobil yang luas masih beralas tanah di dekat gerbang. Kemudian jalan dari pintu gerbang ke pantai sejauh 100 meter masih tumpukan batu cadas yang tersusun. Selebihnya masih jalanan masih berpasir ala kadarnya.

Air laut yang jernih dengan rumput laut dan pasir putih Pantai Asi Walo
Air laut yang jernih dengan rumput laut dan pasir putih
       Penulis seperti de javu saat pertama sekali berkunjung ke tempat ini 10 tahun lalu, tepatnya di tahun 2010. Air laut jernih, tenang, dan pasir putih dengan sisi laut di kanan penuh dengan tanaman laut. Juga pohon-pohon rindang tumbuh disepanjang pantai. Pengunjung yang datang tidak dikenakan biaya alias free. Tempat parkiran juga tidak dipungut biaya seperser pun. Namun hal itu membuat para pengunjung khususnya roda dua cenderung sembrawut untuk parkir kendaraan.
       Pengunjung yang baru datang dihadapkan dengan 2 rumah panggung yang terletak di atas laut sekitar 10 meter dari bibir pantai. Rumah makan berlantai kayu tersebut sangat kokoh dan bisa menampung 200 orang. Pengunjung bisa memesan ikan panggang atau minuman dan sekedar cemilan dengan harga relatif aman di kantong. Selain itu pengunjung bisa membawa makan dari luar sehingga rombongan keluarga bisa menikmati santai sembari menyantap sajian makan dari rumah. 
Suasana di salah satu rumah panggung di Pantai Asi Walo
Suasana di salah satu rumah panggung di Pantai Asi Walo
         Pantai Asi Walo menyajikan pasir putih yang indah lengkap gugusan pohon kelapa berdiri tegak di sepanjang pantai. Suasana pantai asri menjadi poin plus menikmati akhir pekan bersama keluarga. Pantai berbentuk teluk dengan warna pasir putih memiliki gelombang laut relatif tenang dan dangkal. Cocok buat perenang pemula, baik yang belum bisa berenang atau sekedar belajar, hingga balita dan anak-anak dengan tetap pengawasan orangtua. 

        Baca juga:
Ramadhan dan Pandemi di Nias (Part 3) : Semangat Rasa Peka

        Di depan pantai atau rumah panggung, terlihat secara samar-samar sebuah pulau bernama Pulau Sarangbaung. Pulau indah berpasir putih itu dulunya berpenghuni dengan rata-rata penduduk bekerja sebagai nelayan. Namun pasca gempa-tsunami tanggal 26 Desember 2004 dan gempa tanggal 28 Maret 2005 membuat penduduk saat ini memilih tempat memilih bermukim di di daratan Nias.

Pengunjung yang berenang di Pantai Asi Walo
Pengunjung yang berenang di Pantai Asi Walo
        Banyak ikan-ikan kecil berenang seolah mengajak pengunjung untuk bermain di laut. Pengunjung yang beruntung dapat melihat ikan-ikan besar ukuran lengan orang dewasa berenang bebas, terutama saat berada di atas rumah kayu. Terkadang ada pengunjung membawa alat pancing atau panah ikan. Mencari peruntungan menangkap ikan untuk dibawa kerumah sebagai lauk pauk.
        Membandingkan suasana pantai 10 tahun yang lalu dan sekarang ada perbedaan mencolok. Adanya rumah panggang ikan berdiri di atas laut menjadi pembeda utama disamping tugu selamat datang di pintu gerbang. Terlebih saat ini sudah bertambah rumah panggung di atas laut menjadi 2 unit. Cukup memberi pilihan pengunjung untuk dapat memilih tempat bersantai. Namun disisi lain seolah membuat ukuran pantai cenderung lebih kecil. Walau begitu pengunjung masih bisa berenang bebas dengan santai di sisi kiri pantai. 
Ikan-ikan berenang di bawah rumah panggung 
       Dulunya ada sekitar 2-4 penjual di pantai dengan bentuk tempat dagangan berbentuk nose-nose (gubuk/pondok, B. Nias) ala kadarnya. Sekarang nose-nose berukuran sudah lebih besar dan berbentuk semi permanen. Seolah menunjukkan berkembangnya bisnis makanan dan minuman di pantai Asi Walo. Ini menjadi bukti bahwa usaha pariwisata bisa mendongkrak perekonomian warga setempat. Juga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah di Nias Utara.
      Penulis menikmati sekali makan ikan panggang di salah satu tempat tersebut. Lengkap dengan nasi dan sambel pedas manis yang menggugah selera. Hanya saja sinyal provider HP (handphone) kadang tidak bersahabat, terlebih saat hujan dan angin kencang. Saat ini sinyal yang terjangkau di tempat tersebut hanya Telkomsel. Tetapi kekurangan tersebut tidak menghambat antusias untuk bisa berlibur bersama keluarga di Pantai Asi Walo.

      Baca juga:
Kolam Renang Soladari Nias Utara: Potensi Desa dari Dana Desa
Manula Banio : Proses Mengupas Buah Kelapa Tradisional di Pulau Nias 

Comments

Post a Comment