Skip to main content

Ramadhan dan Pandemi di Nias (Part 3) : Semangat Rasa Peka

Aksi berbagi ta'jil IPM Kota Gunungsitoli
Bulan Ramadhan 1441 Hijriah bertepatan 2020 ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Penyebaran Corona Virus Desease (Covid-19) menjadi headline news, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Tidak sedikit pemberitaan tentang pandemi ini merusak tatanan yang telah ada. Berbagai perencanaan banyak yang tertunda, tidak sedikit dibatalkan oleh pihak pemesan. Hingga ranah lain seperti aktifitas organisasi terpaksa menunda berbagai program-program yang melibatkan banyak massa. Meski di zona hijau, kegiatan yang mengundang banyak massa dipertimbangkan ulang.

Terlebih memasuki bulan Ramadhan ini, aksi gerakan sosial semakin banyak lagi. Berbagai gerakan sosial tergerak dan bergerak membantu sesama kita yang mengalami krisis. Peduli merupakan falsafah mendasar pada diri manusia. Terkandung didalamnya prinsip, nilai dan sikap baik dan bertindak benar.

Baca juga:
Ramadhan dan Pandemi di Nias (Part 1) : Saat Ibadah di Rumahkan
Ramadhan dan Pandemi di Nias (Part 2) : Malam Senyap Tanpa Tadarus


Meminjam istilah Boff (2008) bahwa peduli itu memberi jawaban pada pertanyaan mendasar, what is to be human being?. Terlebih di bulan puasa, kita disuruh untuk berbuat baik berlipat ganda dari sebelumnya. Hal ini sebagai bentuk manifestasi taqwa kita kepada Allah SWT. Tindakan tersebut diharap memperpendek kesenjangan sosial yang telah ada, terlebih kondisi saat pandemi ini.

Aksi Gerakan Al-Maun Pemuda Muhammadiyah Kota Gunungsitoli
Mengambil contoh sikap organisasi Pemuda Muhammadiyah  dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kota Gunungsitoli, Pulau Nias. Pemuda Muhammadiyah sejak 2 minggu sebelum bulan Ramadhan memulai “kampanye” kegiatan Gerakan Al-Ma’un dengan mengumpulkan donasi dari para saudagar dan pihak-pihak tidak terikat. Kegiatan yang diinisiasi Pimpinan Wilayah dan daerah Pemuda Muhammadiyah se-sumut menargetkan minimal 200 paket sembako untuk dibagi ke kaum mustahaq. Terlebih mereka sangat terdampak akibat lesunya ekonomi dalam negeri.

  Terkumpulnya uang dari donatur akhirnya membeli paket beras sebanyak 180 paket dibagikan ke 180 sasaran di area Gunungsitoli dan Gunungsitoli Idanoi. Terlebih tindakan ini dibagikan ke mereka yang berhak dengan cara mengirimkan langsung ke rumah mereka. Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab sosial untuk menebar kebaikan tanpa harus membiarkan saudar kita kaum mustadh'fin keluar dari rumah mereka.

Baca juga:
Manula Banio : Proses Mengupas Buah Kelapa Tradisional di Pulau Nias
     Simbolis pembagian ta'jil bersama salah satu BUMN cabang Gunungsitoli
  IPM juga memiliki cara berbeda untuk menebar kebaikan. Berbagai ta’jil menjelang berbuka puasa ke pengguna jalan di depan Masjid Taqwa Muhammadiyah Gunungsitoli. Sebanyak 2 kali mereka beraksi, pertama bersama BUMN yaitu salah satu perusahaan bank bercabang di Gunungsitoli. Beberapaa hari kemudian juga berbaagi ta’jil atas dukungan warga persyarikatan Muhammadiyah dan bantuan pihak-pihak tidak terikat. 500 paket dibagikan untuk memberi senyum kepada pengguna jalan. Ternyata selain muslim, non muslim juga kecipratan dengan paket ta’jil. Sesuatu hal yang menandakan berbuat baik tidak mengenal batas keyakinan.
 Kepedulian sosial merupakan sikap rasa peka yang tumbuh atas keterhubungan dengan sesama pada umumnya. Proses komunikasi sosial ini tumbuhnya rasa peka permasalahan dan ikut serta terlibat menemukan solusi. Kepekaan inilah senantiasa tumbuh dan dikuatkan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan maslahatnya. Gerakan peduli ini menjadi oase kala pandemi memaksa kita menghela napas. Situasi yang pahit ini sedikit terobati dengan barbagi dan menebar senyum walau hanya sepaket beras atau sebungkus ta'jil.

Baca juga
Saat Tugu Proklamasi di Gunungsitoli Terlupakan Zaman
Ramadhan dan Pandemi di Nias (Part 4) : Penjual Ta'jil Jalan Terus

Comments