Skip to main content

Bunker Nifo, Hili Adulo, dan Saksi Jepang di Nias

     Bunker nifo (ejaan Nippon = Jepang, dalam Bahasa Nias) merupakan tempat pertahanan yang dibangun oleh Pemerintahan Jepang masa Perang Dunia Kedua di blok Pasifik tahun 1942-1945. Setiap daerah yang telah diduduki oleh tentara Nifo pada masa perang, akan dibangun blok-blok pertahanan untuk menghadapi tentara musuh yang datang atau pemberontak daerah tersebut. Di Pulau Nias terdapat berbagai sisa peninggalan pendudukan Jepang, baik berbentuk benda maupun bangunan, salah satunya bunker nifo di Hili Adulo.

Bunker nifo di Hili Adulo di Desa Iraonogeba dan Kelurahan Saombo Gunungsitoli Pulau Nias
Bunker Nifo di Puncak Bukit Adulo
      Hili Adulo berada di daerah Gunungsitoli. Hili Adulo adalah sebuah bukit kecil yang berada di antara Desa Iraonogeba dan Kelurahan Saombo. Dalam Bahasa Nias, Hili Adulo berarti bukit telur. Penulis berkesempatan melihat lebih dekat bunker Nifo di Hili Adulo dengan mengayuh bersepeda. 
      Penulis bersama seorang teman menuju bunker Nifo di Hili Adulo. Dari Lapangan Merdeka, penulis mengayuh sepeda kearah pertigaan Kantor Kelurahan Saombo sejauh 1 km. Dari pertigaan kantor Kelurahan penulis belok kiri ke arah kantor Radio Republik Indonesia (RRI) Gunungsitoli. Kemudian penulis mengayuh sepeda dengan kondisi jalan mendaki sejauh 500 meter hingga masuk di sebuah jalan kecil beraspal di sisi kanan jalan. Penulis masuk ke jalan kecil tersebut sejauh 100 meter dengan lebar sekitar 2 meter. 
     
Hili Adulo atau Bukit Telur di Gunungsitoli Nias
Hili Adulo atau Bukit Telur
      Sisi kiri kita kan melihat sebuah bukit kecil yang dikenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan Hili Adulo. Bukit tersebut telah dibersihkan dari tumbuhan liar. Di sekitar bukit ada sekelompok anak muda yang sedang bercocok tanam di atas polybag. Kemudian saya bertanya ke mereka tempat bunker Nifo di Hili Adulo. Mereka menujuk ke sebuah puncak bukit yang telah dibersihkan dari tumbuhan liar sebelumnya. Kemudian penulis memohon izin untuk menuju bunker di diatas puncak dan mereka mempersilahkan kami menuju tempat dimaksud.
      Penulis mendaki Hili Adulo dengan membawa sepeda ke atas bukit. Kondisi jalan masih berbentuk tanah yang telah dibentuk menyerupai anak tangga. Jalur tersebut hanya bisa dilewati oleh 1 orang. Tinggi bukit sekitar 30 meter, namun cukup menguras tenaga dan napas. Akhirnya kami sampai ke puncak Hili Adula dan sebuah bangunan tua berbentuk persegi panjang Bangunan tersebut disebut bunker nifo. Dari puncak tersebut kami bisa melihat panorama Gunungsitoli dan laut yang indah.

Bentuk bunker Nifo di puncak Hili Adulo. Saksi pendudukan Jepang di Nias
Bentuk bunker Nifo di puncak Hili Adulo
     Bunker Nifo berada tepat di puncak hili adulo ukuran sekitar 4x1 meter dengan ketinggian 1,5 meter. Disisi belakang bunker terdapat sebuah pintu masuk dan keluar. Sementara sisi yang menghadap ke pantai agak terbuka. Jika kita masuk ke dalam bunker, pemandangan Gunungsitoli dan laut sangat terlihat jelas. Sebagian sisi bunker, terutama yang menghadap ke laut mengalami kerusakan. Mungkin akibat perang atau umur bangunan uzur. 
      Diperkirakan bunker Nifo telah berdiri setelah tentara Jepang masuk ke Nias tanggal 22 April 1942 (sumber Wikipedia) dengan menaklukan Pulau Sumatera dan kota sekitarnya saat Perang Pasifik berkecambuk. Untuk menguasai Pulau Nias, mereka harus memasuk wilayah Gunungsitoli sebagai pusat pemerintah Afdelling di daerah ini. Meski begitu tidak ada catatan atau tulisan yang ditulis di bunker tersebut tentang waktu pembangunan. Orang-orang tua dulu yang tinggal di Kelurahan Saombo mengatakan bangunan tersebut telah dibangun saat Jepang menduduki Pulau Nias.
Kondisi dalam bunker Nifo di Pulau Nias tidak terawat dan hanya beralas tanah
Kondisi dalam bunker Nifo
     Bunker nifo yang ada di Hili Adulo mirip seperti bangunan-bangunan yang didirikan oleh pasukan Jepang di beberapa tempat di daerah yang telah ia duduki. Opening film Saving Privat Ryan, bangunan bunker nifo tersebut kurang lebih mirip yang ada di film. Dalam fungsinya, bunker ini memiliki peranan cukup penting dalam pengawasan kapal-kapal atau serangan musuh dari laut.
      Sisa bangunan Jepang di Pulau Nias sebenarnya sangat banyak. Berbagai bunker ada di berbagai tempat sepanjang garis pantai di Nias. Khusus di Gunungsitoli, tepatnya di Kelurahan Saombo terdapat 2 bunker lagi meski sudah hilang tergerus abrasi. Kemudian bangunan bunker di Gunungsitoli juga ada di Jalan Kelapa (Kelurahan Ilir) dan di Desa Sisobahili Tabaloho. Di Nias Utara tepatnya di perkebunan kelapa Toloyawa di Lahewa, terdapat sebuah bunker berdiri di sisi bukit. Penulis pernah melihat bangunan ini meski banyak yang tidak terawat dan sengaja di hancurkan untuk keperluan membangun rumah.
     
Pemandangan Gunungsitoli dari atas puncak Hili Adulo
     Bunker yang berada di Hili Adulo sepertinya akan bernasib sama dengan bangunan yang lain. Disekitar bunker nifo, telah dibangun patok tanah berbahan tiang beton. Hal itu mengindikasi tanah tersebut telah dimiliki oleh orang sekitar. Sisi lain bukit ini telah dikeruk menggunakan alat berat. Sehingga sebagian sisi bukit telah hilang akibat penggerukan untuk keperluan pembangunan tempat tinggal.
     Pemandangan indah dari Hili Adulo sangat memanjakan mata. Lengkap dengan bangunan bunker Nifo saksi pendudukan Jepang di Gunungsitoli dan Pulau Nias. Hal ini bisa dijadikan tempat wisata sekaligus belajar sejarah. View dari puncak sejenak dapat melupakan beban yang ada di pikiran. Selain itu memberi ketenangan dan kesejukan melihat air laut yang membentang luas di depan mata. Namun kembali lagi ke pemilik petak tanah melihat peluang sekaligus merawat catatan sejarah yang ada.
Berfoto bersama di atas bunker Nifo
      Banyak bangunan bersejarah tidak terawat, rusak, dan hilang termakan zaman. Mungkin termaksud bunker nifo di Hili Adulo juga demikian, hanya ada terawat dalam ingatan dan cerita.. Harapan tetap bangunan ini bisa diselamatkan meski status tanah adalah milik perorangan. Memang, proses evakuasi bangunan ini ke tempat yang lebih aman akan memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Namun, hilangnya benda-benda tersebut juga menghilangkan sejarah penjalanan waktu di Nias. Semoga ada solusi dalam penyelamatan benda-benda tersebut.

Comments

  1. Izin promo ya Admin^^

    Bosan gak tau mau ngapain, ayo buruan gabung dengan kami
    minimal deposit dan withdraw nya hanya 15 ribu rupiah ya :D
    Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa
    - Telkomsel
    - GOPAY
    - Link AJA
    - OVO
    - DANA
    segera DAFTAR di WWW.AJOKARTU.COMPANY ....:)

    ReplyDelete

Post a Comment